Kalsium Bukan Hanya untuk Tulang

Kamis, 29 Januari 2009 | 09:54 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Farhan, 5 tahun, meneguk susunya dengan penuh semangat. Dalam tiga kali tegukan, satu gelas besar susu cokelat itu pun tak bersisa. "Biar aku punya tulang yang kuat ya, Ma," ujarnya dengan wajah ceria. Ia pun membayangkan diri seperti superhero yang sering ditontonnya di layar kaca. Sang mama pun mengangguk meyakinkan. Sejak kecil kita memang ditanamkan bahwa kalsium dibutuhkan dalam pembentukan tulang. Sesungguhnya pernyataan murid taman kanak-kanak ini tidak salah. Kalsium memang sebagian besar diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi.

Namun, selain kedua bagian itu, ada bagian lain yang memerlukan setetes kalsium. Seperti darah, otot, dan cairan antara sel pun membutuhkan kalsium. Tubuh memerlukan kalsium untuk membantu otot-otot dan pembuluh darah berkontraksi dan melebar, kemudian mengeluarkan hormon dan enzim. Belum lagi pengaruhnya dalam mengirim "pesan" ke seluruh sistem saraf. "Jantung pun perlu kalsium," kata dr Tria Rosemiarti.

Pada dasarnya, Tria menyebutkan, seluruh bagian tubuh memerlukan kalsium. Sebab, bahan ini diperlukan oleh pembuluh darah yang mengaliri semua organ. Tanpa kehadiran kalsium, gerakan yang dihasilkan otot dan pembuluh darah tidak akan muncul. Bahkan, ia menyebutkan, untuk membantu pertumbuhan rambut pada orang yang mengalami kerontokan hingga kebotakan, peran kalsium sangat tinggi. "Dengan suntikan kalsium, rambut bisa tumbuh lebih cepat," ujarnya.

Kalsium pun tak bisa berdiri sendiri. Menurut Tria, agar bisa diserap tubuh, kalsium memerlukan vitamin D3 yang diperoleh dari makanan yang mengandung vitamin D atau dari sinar matahari yang diubah menjadi vitamin D3 di dalam tubuh. Nah, proses penyerapan kalsium sebagian besar terjadi di usus kecil, sedangkan ginjal merupakan organ yang berperan dalam membantu proses tersebut.

Kebanyakan orang sudah merasa memenuhi kebutuhan kalsiumnya karena memperhatikan asupan makanannya, seperti susu, keju, teri, dan bayam. "Padahal, kalsium dari makanan tak semuanya bisa diserap tubuh," kata Tria. Support manager untuk Medis dan Nutrisi Fonterra ini menyebutkan hanya sekitar 60 persen yang umumnya diserap tubuh. Ada sejumlah pola hidup yang membuat penyerapan kalsium pun menjadi rendah. Misal, setelah melahap sajian kaya kalsium, langsung meneguk kopi atau teh. Kafein dalam kedua minuman tersebut menghambat penyerapan kalsium. Sebaliknya, asupan vitamin C justru akan membantu absorsi lebih tinggi.

Sesungguhnya sebagai jaringan hidup, Tria mengungkapkan tulang akan melakukan regenerasi setiap 10 tahun sekali. "Tapi, regenerasinya tidak akan berjalan jika asupan kalsiumnya tidak terpenuhi," ujarnya. Selama ini jarang terjadi kasus kelebihan kalsium. "Yang ada kekurangan kalsium," ujarnya. Ia pun menunjukkan catatan dalam Journal of Clinical Nutrition, Eropa, pada 2007, dikemukakan bahwa kebanyakan wanita Indonesia hanya memenuhi 50 persen kebutuhan kalsium hariannya.

Rupanya hal tersebut juga merupakan tren umum di Asia. Tak mengherankan, Yayasan Osteoporosis Internasional memprediksikan lebih dari 50 persen kasus patah tulang panggul akan terjadi di Asia pada 2050. Sebagian asupan utama untuk tulang, kekurangan kalsium memang berdampak paling besar bagi penyangga tubuh ini. Seakan menegaskan prediksi itu, data di negeri ini juga menunjukkan serangan osteo memang tak pilih bulu.

Massa tulang mencapai puncaknya pada usia 30 tahun, tetapi terus-menerus seiring pertambahan usia. Namun, kasus osteoporosis (kondisi massa tulang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang sehingga terjadi peningkatan risiko patah tulang) maupun osteopenia (penurunan massa tulang yang ringan) ternyata sudah ditemukan pada usia 20 tahunan. Biasanya serangan osteoporosis bermula dari osteopenia.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan 2006 menyebutkan, kasus osteopenia sudah mencapai 39 persen pada penduduk Indonesia yang berusia 25-29 tahun. Persentasenya meningkat seiring dengan pertambahan usia. Total penderita osteo di negeri ini mencapai 52 persen. Rendahnya kadar kalsium tak hanya terkait dengan derita osteo, tetapi juga berhubungan erat dengan sejumlah gangguan pada organ lain.

Ada yang disebut gangguan metabolisme kalsium, yang tak hanya dipicu oleh kadar kalsium yang rendah, tapi bisa juga terlalu tinggi. Karena terkait dengan ginjal, kelainan ini pun memicu kehadiran batu ginjal. Lantas, karena berhubungan dengan produksi hormon, hal ini bersentuhan erat dengan hypoparathyroidism, yakni rendahnya hormon paratiroid. Hormon ini diproduksi kelenjar tiroid dan membantu mengatur kalsium dan fosfat dalam darah. Selain keduanya, masih ada sindrom dan penyakit lain yang terkait. Karena itu, jagalah asupan kalsium, tidak kurang, juga tidak berlebih!

RITA


Sumber : Tempointeraktif.com - http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/01/29/brk,20090129-157358,id.html

Tidak ada komentar:

Translate